Rumah Silaban

Oleh: Setiadi Sopandi | Kamis, 13 Juli 2017

Bangunan ini adalah sebentuk gedung yang merupakan salah satu karya yang paling personal sepanjang karir Silaban. Rumah ini dibangun pada kurun waktu 1959-1960 ketika Silaban sedang menapaki puncak karirnya sebagai arsitek yang paling dominan di Indonesia.

Silaban telah berumah di tempat ini sejak awal karirnya di Departemen Pekerjaan Umum di Bogor, namun baru memiliki kesempatan (dan dorongan) pada akhir dekade 1950 ketika Presiden Sukarno menyatakan kehendaknya untuk berkunjung ke rumah Silaban. Saat itu Silaban masih menempati sebuah rumah berdinding gedek bambu yang menempati separuh dari kavling yang ada sekarang.

Dengan anggota yang terus bertambah, Silaban membeli kavling sebelahnya dan mulai merencanakan rumah bagi keluarga besarnya. Pada rencana mulanya, keluarga Silaban – saat itu beranggotakan delapan orang, termasuk enam orang anak – berniat menempati rumah lama selagi rumah baru dibangun. Rencana ini mengakibatkan rancangan rumah baru untuk memiliki massa bangunan persegipanjang tegak lurus terhadap jalan.

Namun rencana ini berubah ketika keluarga Silaban mendapatkan tawaran untuk mengontrak rumah di tempat yang dekat dengan kantor PU Bogor. Pengaturan ini memberikan keleluasaan bagi Silaban untuk merancang rumahnya dan mendapatkan kavling dengan lebar utuh untuk diolah.

Rumah yang dirancang akhirnya memiliki massa yang memanjang sejajar dengan jalan, memenuhi sisi lebar kavling. Rancangan ini juga memiliki kamar lebih banyak sehingga dapat mengakomodasi anggota keluarga yang terus bertambah serta cukup mengakomodasi ruang bagi studio arsitektur F. Silaban yang juga semakin aktif.

Massa bangunan ini ditarik jauh ke dalam kavling menjauhi garis sempadan bangunan, sehingga memberikan ruang terbuka hijau yang luas sebagai halaman depan. Emper-emper terbuka di bagian depan maupun belakang rumah juga memberikan ruang-ruang yang menyenangkan bagi berbagai aktivitas keluarga; menerima tamu dan berbagai kegiatan sehari-hari keluarga besar ini.

Pada tahun 2008, sekelompok peneliti dan mahasiswa yang tergabung dalam modern Asian Architecture Network (mAAN) melakukan lokakarya penulisan dan menghasilkan publikasi bertajuk “Rumah Silaban/ Silaban’s House” yang menjelaskan latar dan juga berbagai karakteristik dari rancangan rumah ini, dan menjelaskan mengapa karya ini dapat dikatakan istimewa di dalam perjalanan karir Silaban maupun dalam perkembangan arsitektur di Indonesia.