Masjid Istiqlal di Masa Awal

Oleh: Setiadi Sopandi | Senin, 6 Maret 2017

Pada usia negara yang masih sangat belia, tanggal 22 Februari 1953, Pemerintah Republik Indonesia sudah meluncurkan sayembara untuk mencari dan menentukan gagasan rancangan arsitektur masjid nasional – Istiqlal. Kehadiran masjid ini dirasakan begitu penting dan merupakan salah satu simbol kebangsaan yang begitu dibutuhkan dalam citra negara kesatuan yang belum lama bebas dari penjajahan. Masjid nasional dirasa penting sehingga ditentukan untuk menempati sudut istimewa di ujung timur laut lapangan Medan Merdeka, yang diproyeksikan menjadi alun-alun bagi Ibukota Jakarta.

Singkat kata, Friedrich Silaban memuncaki sayembara ini. Diumumkan pada tanggal 7 Desember 1954, rancangannya terpilih dari antara 27 (dua puluh tujuh) rancangan yang masuk sebagai rancangan yang terbaik dan yang akan dibangun. Rancangan Silaban dituangkan dalam 11 (sebelas) lembar gambar pra-rencana dengan tinta di atas kalkir. Sebagaimana gambar rancangan Silaban lain, garis-garisnya tegas dan digoreskan dengan detail dan rapi. Beberapa gambar perspektif diberikan dengan komposisi yang menarik dan seimbang.

Namun niat untuk mewujudkan berdirinya Masjid Istiqlal terbukti memakan waktu yang tidak sedikit. Karena skala dan bentukan bangunan yang sedemikian monumental, proyek ini terkendala oleh keterbatasan dana, banyaknya sumber daya material yang masih harus diimpor, terbatasnya ahli pengelolaan proyek, serta minimnya pengalaman teknis pembangunan berskala besar.

Proses perencanaan pasca sayembara juga tertunda-tunda karena berbagai ketidakjelasan penugasan. Silaban sempat dikecewakan karena rendahnya imbalan hadiah bagi para pemenang sayembara ini, serta ketidakjelasan status pekerjaannya dalam proyek ini. Ketidakjelasan ini berlarut-larut hingga pada akhirnya Presiden Soekarno memutuskan bahwa pembangunan harus segera berjalan dan tidak ditunda lagi. Pemancangan pertama tiang pondasi dilakukan pada 24 Agustus 1961.

Namun menariknya, meskipun pemancangan tiang sudah dilakukan, sebenarnya perencanaan proyek ini masih sangat tidak jelas. Pada akhir 1961 baru ditemukan kejadian bahwa gambar-gambar pra-rencana asli arsitektur Masjid Istiqlal karya Silaban yang diserahkan kepada panitia sayembara tahun 1954 ternyata hilang dan tidak dapat ditemukan kembali. Akhirnya, berdasarkan instruksi langsung dari Presiden Soekarno, Silaban terpaksa menggambar ulang pra-rencana arsitektur Masjid Istiqlal lengkap seperti aslinya, disertai nama sandi/ samaran peserta sayembara “Motto Ketuhanan”. Gambar ini selesai pada bulan Mei 1962 dengan disusul oleh beberapa perbaikan perencanaan dan penambahan gambar-gambar teknis yang dibutuhkan.