IAWS 2017: Sajian Karya Arsitek Indonesia Merespon Kota

Oleh: Rifandi S. Nugroho | Minggu, 10 Februari 2019

Dinamika perkembangan kota kerap menstimulus respons aktif arsitek dalam merancang. Sebagai sebuah latar, kota punya banyak persoalan untuk dihadapi, baik yang nampak jelas seperti citra kawasan, lingkungan, mobilitas, tata guna lahan, maupun yang tak nampak seperti investasi, interaksi, budaya, dinamika sosial, dan sebagainya. Pameran Indonesian Architects Week @Seoul (IAWS) 2017 menyajikan respon, pendekatan, dan proses yang dilakukan oleh lima puluh empat arsitek Indonesia dalam menghadapi kompleksitas isu perkotaan.

“Mengingat tema kongres UIA tahun ini adalah ‘Soul of City’, maka kami pikir akan sangat menarik jika kita bersama-sama menyusun sebuah cerita mengenai reaksi arsitek-arsitek Indonesia dalam menghadapi situasi perkotaan yang terjadi di Indonesia dewasa ini,” ungkap Defry Ardianta dan Danny Wicaksono, kurator pameran IAWS 2017, “sebuah cerita pendek yang diceritakan lewat pameran arsitektur, mengenai sensitivitas dan kecerdikan arsitek-arsitek profesional Indonesia dalam mengolah gagasan arsitektur ketika berhadapan dengan masalah perkotaan.”

Penyelenggaraan IAWS 2017 ini berkaitan dengan acara sebelumnya, Indonesian Architects Week @Tokyo tahun 2011. Kedua kegiatan murni berawal dari inisiatif arsitek Indonesia, diajukan sebagai acara pendamping kongres Union Internationale des Architectes (UIA) yang diadakan sejak 1948. Sejalan dengan tema yang diajukan kurator, kongres UIA ke-26 di Seoul juga menyinggung tema perkotaan, mempertemukan arsitek profesional, akademisi, dan pemimpin dunia untuk membahas isu-isu global.

Pameran IAWS 2017 digelar di ART Space: Cultural Complex Haenghwa-Tang 613-11 Ahyeon-Dong, Mapo-gu, Seoul, sebuah bekas situs pemandian umum yang dialihfungsikan oleh komunitas anak muda di sana menjadi kompleks kesenian. Objek arsitektur yang ditampilkan dibagi ke dalam lima kategori pembahasan yakni volume, mobilitas, investasi, interaksi, dan lingkungan. Karya-karya tersebut berasal dari berbagai kota, Jakarta, Tangerang, Depok, Bandung, Surabaya, Gresik, Pontianak, dan Yogyakarta. Secara sadar, medium display yang digunakan dibuat sesederhana dan seringan mungkin untuk mempermudah pemindahan objek pameran dari satu kota ke kota lain, yakni dengan menggunakan rangka hollow kecil yang bisa dilipat, cetak digital karya peserta di sehelai kain, dan dudukan maket di bawah kain.

Penyelenggaraan IAWS 2017 mendapat dukungan dari IAI (Ikatan Arsitek Indonesia), Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) dan Kedutaan Besar Indonesia untuk Korea Selatan. Setelah ditampilkan di Seoul, seluruh materi juga disajikan ulang dalam pameran “travelling exhibition” di kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, dan Muscat. Dengan demikian, pesan pameran tidak hanya bisa dinikmati di luar negeri saja, tetapi juga di beberapa kota di Indonesia. Materi pameran juga dimuat ulang dalam bentuk buku yang diterbitkan IMAJI pada tahun 2017. 

Arsip ini mencakup panel presentasi karya peserta pameran yang disajikan dalam IAWS 2017 dan beberapa foto dokumentasi penyelenggaraan pameran.