Friedrich Silaban, Arsitek 1912-1984

Oleh: Rifandi S. Nugroho | Kamis, 28 Juni 2018

Di Indonesia, Friedrich Silaban adalah satu dari sedikit arsitek yang berkarya dan menyimpan arsipnya dengan baik sehingga dapat dipelajari, dikatalogkan, dan diwacanakan sebagai pengetahuan. Melalui arsipnya, berbagai sejarah penting di Indonesia dapat dibaca melalui persinggungan karya-karyanya dengan kebudayaan nasional, seni rupa, tata kota, dan konteks lain di luar arsitektur. Melalui arsipnya pula, nama besar F. Silaban yang lekat dengan proyek-proyek monumental di awal kemerdekaan dapat dikenal dengan lebih dekat sebagai seorang manusia biasa, yang berproses dengan berbagai latar belakang; bakat, keluarga, lingkungan sosial, latar pendidikan, wawasan, dan zaman.    

Pameran Friedrich Silaban, Arsitek: 1912-1984 – yang digelar di Galeri Nasional Indonesia pada tanggal 7 hingga 24 November 2017 merupakan puncak dari rangkaian kegiatan dalam mempelajari, melestarikan, menyiarkan pengetahuan yang terkandung dalam catatan kehidupan dan karir arsitek Friedrich Silaban. Upaya ini telah dirintis sejak tahun 2007 melalui serangkaian kegiatan yang digagas oleh jejaring modern Asian Architecture Network (mAAN). Melalui inisiatif tersebut, Setiadi Sopandi yang hingga kini bertindak sebagai kurator Arsip F. Silaban, dengan dibantu oleh berbagai pihak, mengupayakan langkah-langkah untuk mempelajari sekaligus melestarikan arsip peninggalan Friedrich Silaban dengan mencatat dan menuliskannya ke dalam berbagai bentuk publikasi, menyusun katalog, hingga mengalihmediakan gambar-gambar dan dokumen F. Silaban ke dalam format digital.

Berbagai upaya selama lebih dari sepuluh tahun ini mendapatkan momentum puncaknya pada tahun 2017 ketika serangkaian produk dari kerja pengarsipan, penelitian, dan publikasi diluncurkan secara berurutan. Mulai dari dibukanya akses terhadap publik koleksi arsip digital F.Silaban di situs arsitekturindonesia.org hingga diterbitkannya buku riwayat hidup “Friedrich Silaban” (Gramedia Pustaka Utama, 2017) yang berisi perjalanan hidup dan karya-karya yang ditempatkan dalam konteks sejarah dan wacana arsitektur di Indonesia.

Untuk melengkapi rangkaian ini, Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia, dengan produser utama pameran Nadia Purwestri dan Febrianti Suryaningsih, bekerjasama dengan kurator Setiadi Sopandi dan Avianti Armand meluncurkan pameran bertajuk “Friedrich Silaban, Arsitek 1912- 1984” untuk membawa sosok penting dalam sejarah nasional (dan arsitektur) Indonesia ke dalam wacana kebudayaan di Indonesia saat ini. Isi pameran ini didasarkan pada buku biografi tersebut dengan menampilkan narasi lima babak kehidupan F. Silaban yang suasananya dibangun melalui dokumen, arsip, dan benda-benda yang dekat dengan kehidupan pribadi dan profesional F. Silaban.

Pameran dibuka melalui fragmen 1 yang bertajuk “Menjadi Silaban”. Fragmen ini menampilkan Silaban dalam sebuah sosok, figur yang ditempa melalui pendidikan, keluarga, serta pengalaman yang kaya. Fragmen ini mengisahkan jalan hidup F. Silaban yang melalui tiga zaman: masa akhir kolonial, masa awal kemerdekaan, hingga masa Orde Baru. Fragmen 2, “Soekarno dan Silaban” menampilkan kedekatan dan hubungan profesional di antara kedua tokoh besar Indonesia dan peran mereka dalam memberikan wajah baru bagi Ibukota Jakarta. Fragmen 3, “Monumen” menampilkan gambar-gambar dari proyek-proyek institusional kenegaraan yang ditugaskan kepada Silaban pada kurun waktu 1958-1965. Fragmen 4, “Istiqlal” menampilkan peran dan berbagai upaya F. Silaban dalam perjalanan mewujudkan masjid nasional selama lebih dari dua dekade. Fragmen 5 “Akhir” merupakan penggambaran suasana kehidupan dan profesional F. Silaban selepas revolusi kepemimpinan nasional pada tahun 1965- 1966 yang diawali dengan berbagai kesukaran.

Pameran ini menegaskan banyaknya persinggungan antara berbagai tempat, peristiwa, dan wacana (kebudayaan dan arsitektur) di Indonesia dengan sosok F. Silaban yang mungkin selama ini tidak banyak disadari. Terutama melalui beberapa peristiwa dan gejolak sosial politik yang terjadi belakangan ini, kita bisa memperoleh cerminan dari sebuah gagasan dan upaya besar dalam membentuk wajah dan identitas Indonesia yang merambah – tidak hanya urusan politik– namun juga pembangunan kebudayaan nasional kita melalui seni rupa, rancang bangun, serta tata kota.

Acara ini difasilitasi oleh Direktorat Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia dan Galeri Nasional Indonesia. Tata ruang pamer dirancang oleh Andro Kaliandi, Fauzia Evanindya, Arief Yunianto, Felia Hanifa, Rama Dwiwahyu, dan Yasmin Azizah dari FFFAAARRR. Olah grafis dirancang oleh Ismiaji Cahyono, Anastasia Bisenty, Anastasius, dan Melvin Jr. dari SUNVisual. Produksi pameran dipimpin oleh Nadia Purwestri dan Febrianti Suryaningsih dibantu Esti Handayani, Eko Mauladi, dan Muniyarti dari Pusat Dokumentasi Arsitektur.    

Total 243 obyek ditampilkan di dalam pameran ini yang terdiri dari gambar-gambar asli dari belasan karya arsitektur, foto-foto asli, berbagai dokumen dan obyek asli dari arsip F. Silaban, Bogor. Koleksi arsip digital ini menampilkan dokumentasi proses pengarsipan, gambar-gambar arsip, dan foto-foto selama pameran berlangsung di Galeri Nasional Indonesia.