ACC Soek

Oleh: Setiadi Sopandi | Selasa, 4 Juli 2017

Telah luas diketahui publik bahwa Presiden pertama Indonesia, Sukarno, adalah seorang yang dididik sebagai insinyur ahli bangunan. Di masa-masa awalnya setelah lulus dari Technische Hoogeschool Bandung (sekarang Insitut Teknologi Bandung), ia juga berkerja sebagai arsitek.

Kegemarannya akan seni rupa dan seni rancang bangun kemudian mengantarkannya sebagai patron seni rupa dan arsitektur khususnya pada dekade 1950 dan awal dekade 1960. Banyak dari koleksi seni rupa di beberapa Istana Kepresidenan RI adalah hasil pilihan pribadi Sukarno. Beberapa seniman dan juga arsitek berhubungan sangat dekat dengan Sukarno, serta terlibat langsung dalam memberikan penugasan bahkan turut campur merancang berbagai bangunan serta monumen publik di Jakarta pada awal dekade 1960.

Sukarno juga terkenal akan kebiasaannya memberikan persetujuannya pada rancangan-rancangan arsitektur dengan membubuhkan paraf “ACC Soek” pada lembar-lembar gambar. Tidak hanya persetujuan, Sukarno juga tidak segan-segan membubuhkan catatan, koreksi, usulan, maupun ketidaksetujuannya pada karya-karya yang dianggap masih belum baik.

Pada koleksi arsip Silaban, kami menemukan dua lembar gambar perspektif dari dua proyek yang menampilkan persetujuan Sukarno: pada proyek perluasan gedung Bank Indonesia di Jalan Thamrin dan pada proyek gedung Kejaksaan Agung. Kami juga memiliki salinan digital atas sebuah memo dari Sukarno kepada Silaban dalam penugasan perancangan sebuah kantor yang terletak pada lahan trapesium – yang terletak menghadap Patung Pejuang (Patung Pak Tani). Ketiga proyek tersebut tidak berhasil diwujudkan sesuai dengan rancangan yang disetujui.